Haji : Simbol Perjuangan, Pengorbanan dan Kebersamaan

Pada tanggal 9 Dzulhijjah 1446 H, jutaan umat muslim dari pelosok dunia, termasuk umat muslim Indonesia melakukan wuquf di Arafah sebagai rukun dan puncak ibadah haji.

Haji tidak bisa dipisahkan dari peristiwa bersejarah tentang kisah nabi ibrahim as, istrinya, siti hajer dan putranya ismail, as.Jejak nabi ibrahim dan keluarganya di  bakkah (mekkah), lembah yang sepi dan gersang itu menjadi tanda kekuasaan Allah swt. Tuhan semesta alam.

Kini, lembah itu menjadi sebuah kota megapolitan dikunjungi jutaan umat manusia dari berbagai etnis dan ras dan dari berbagai pelosok dunia dalam rangka menyembah Tuhan yang esa (hanif).

Pada hari 10 Dzulhijjah, umat muslim di berbagai penjuru dunia merayakan hari ray qurban, atau hari raya haji. Mereka melantunkan suara takbir, tahmid dan tahlil mengangungkan nama  allah bahwa allah maha besar, allah maha kuasa dan allah maha segalanya.

Takbir dan tahmid yang kita lantunkan bersama-sama, termasuk bagi jemaah haji di tanah suci  merupakan proklamasi  persatuan dan kebersamaan umat islam sedunia.

Pakaian serba putih yang mereka kenakan di padang arafah menjadi lambang persamaan umat muslim; kaya maupun miskin, raja atau rakyat jelata, petani atau pengusaha, pegawai negeri atau swasta, polisi atau tentara adalah sama di sisi tuhan. 

Dalam kesatuan sosial seperti itu, pakaian, pangkat dan jabatan tidak lagi menjadi sekat yang kerap menjadi penyebab perpecahan antar umat manusia.

Perasaan ‘’aku” melebur menjadi “aku” yang lain, sehingga tidak ada egoisme individu yang kerap mengaku paling istimewa dan selalu minta diistimewakan. Identitas “aku” berubah menjadi identitas “kita”, sehingga yang tampak adalah identitas kelompok sosial.

Fenomena simbolik yang bernilai sakral ini tentu akan berimplikasi nyata dalam kehidupan umat islam dan umat manusia secara keseluruhan, bahwa dalam kebersamaan akan tercapai kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan.

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi pada diri nabi ibrahim, istrinya- siti hajar- dan putranya, ismail yang kemudian diabadikan dalam ritual haji, memiliki makna besar dalam kehidupan umat manusia yang patut dicermati.

Betapa besar pengorbanan nabi ibrahim, di kala ismail lahir dan meginjak remaja, ia diperintah untuk menyembelihnya. Namun, demi cintanya kepada allah swt, nabi ibrahim tidak menolak perintah itu. Demi cinta dan kasih seorang istri kepada sang suami yang mengemban misi tuhan, siti hajar tidak menolak.

Demi kepatuhan seorang anak kepada orang tua, ismail pun tidak menolak.  Peristiwa spektakuler itu diabadikan dalam al-qur’an sebagaimana firman-nya:

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

 artinya: ibrahim berkata : “hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (qs aa-saffat: 102)

Berkat perjuangan, kegigihan, pengorbanan, kebersamaan, keikhlasan dan doa nabi ibrahin beserta keluarganya, mekkah yang dahulu tandus, kering kerontang tanpa pepohonan, kini sudah berubah. Mekkah kini menjadi kota suci metropolitan satu-satunya di dunia yang dikunjungi jutaan orang.

Kemakmuran kota mekkah dan kesejahteraan penduduknya tentu tidak bisa dipisahkan dari peran nabi ibrahim as. Yang kemudian diabadikan dalam al-qur’an sebagaimana firman-nya.

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 artinya: ya tuhan  kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (baitullah) yang dimuliakan. Ya tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (qs ibrahim: 37.

Kemudian, kota mekkah yang aman dan makmur itu dilukiskan oleh allah kepada nabi muhammad dalam al-qur’an:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

Artinya: dan ingatlah ketika ibrahim berdo’a: “ya tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada allah dan hari kiamat.” (qs al-baqarah: 126)

Nabi ibrahim membangun kota mekkah yang tandus itu dengan nilai-nilai spiritual, moral dan sosial kemanusiaan. Menjunjung tinggi moralitas dan integritas, amanah dan kejujuran.

Nabi ibrahim membangun kota  mekkah bukan untuk kepentingan sesaat diri sendiri dan keluarganya. Tetapi dengan visi jauh ke depan untuk kemakmuran dan kesejahteraan anak cucu keturunannya.  Maka dengan perjuangan, pengorbanan, keja keras, kebersamaan dan kerukunan yang ditanamkan oleh nabi ibrahim dan keluarganya, kini mekkah menjadi kota makmur – impian setiap muslim.

Kisah nabi ibrahim, hajar dan ismail memang terjadi ribuan tahun silam, tetapi terdapat nilai dan pelajaran yang sangat berharga untuk kita petik manfaatnya sekarang. Nabi ibrahim menjadi simbol sejarah pengorbanan seorang manusia demi cinta. Nabi ibrahim menjadi simbol sejarah pengabdian seorang manusia demi kemasalahatan umat manusia.

Nilai-nilai perjuangan, pengorbanan, kegigihan, keikhlasan, kebersamaan dan keharmonisan yang tercermin dalam keluarga nabi ibrahim as, dapat kita jadikan pegangan dalam upaya membangun rumah tangga, bangsa dan negara kita tercinta.

Melalui kisan nabi ibrahim dan keluarganya yang digambarkan dalam prosesi dan ritual haji, memberi pelajaran bahwa kerukunan, keharmonisan dan kebersamaan menjadi pilar utama menuju kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana tercermin dalam lingkungan keluarga nabi ibrahim as. 

Siti hajar sebagai seorang isri, sabar menjalankan perintah dan mendukung misi kenabian ibrahim penuh suka rela. Sementara itu, ismail nurut dan menerima perintah sang ayah dengan penuh kesabaran. Bahkan, dikala ia hendak dikurbankan. Sebagai seorang kelapa keluarga sekaligus seeorang nabi, ia tidak semena-mena, tetapi selalu berkomunikasi, bermusyawarah dan berdialog.

Keikhlasan, kerja keras, pengorbanan dan perjuangan yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil nyata dalam kehidupan kita. Persatuan dan kebersamaan sebagaimana tercermin dalam ritual haji, hendaknya menjadi spirit bersama dalam menyatukan potensi umat islam. Sudah saatnya kita untuk sadar, bahwa peradaban islam yang pernah jaya selama puluhan abad, hanya bisa diulang dengan persatuan dan kebersamaan. (Fath)