Davutoğlu at the 50th Munich Security Conference in 2014/Wikipedia.org
Ahmet Davutoglu, mantan Perdana Menteri di bawah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Keadilan dan Pembangunan/Justuce And Development Party (AKP) dan mengungkapkan bahwa ia akan segera membentuk partai politik saingan.
Ahmet Davutoglu, pria 60 tahun yang mengawali karir politiknya sebagai akademisi yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri (2009 – 2014 ) tersebut mmengajukan pengunduran dirinya pada sebuah konferensi pers di Ankara pada hari Jumat (13/9/19) menjelang dikueluarkannya keputusan administratif partai AKP untuk memecatnya.
“Ini adalah tanggung jawab historis kita dan tugas kita kepada bangsa … untuk menciptakan partai politik baru,” kata Davutoglu, yang menjabat sebagai perdana menteri Erdogan antara 2014 dan 2016 sebagaimanapa dilansir Aljazeera.net ( 14/9/2019).
Aljazeera.net memberitakan bahwa ketika meninggalkan jabatannya sebagai Perdana Menteri, Davutoglu bersumpah untuk tidak mengkritik Erdogan di depan umum. Tetapi ia kemudian memecah kesunyian pada bulan Juli lalu dalam sebuah wawancara panjang di mana ia menuduh AKP menyimpang dari tujuannya. Ia mengecam keputusan partai untuk mengadakan pemilihan baru di Istanbul setelah kalah tipis pada bulan Maret 2019 lalu dari oposisi.
Pengumuman pengunduran diri Davutoglu muncul ketika sejumlah tokoh-tokoh Partai terkemuka dan anggota penting sebagai pendiri AKP misalnya ; mantan Presiden Abdullah Gul dan mantan Wakil Perdana Menteri Ali Babacan, terlihat telah menjauhkan diri dari Erdogan.
Sejak upaya penggulingan-gagal terhadap Erdogan oleh kelompok-kelompok oposisi yang dituduhkan kepada Fethullah Gulen, tokoh muslim Turki berpengaruh tahun 2016 lalu, suhu panas politik di Turki belum reda. Akanlah pengunduran diri Davutoglu, mantan Perdana Menteri itu semakin memperpajang suhu panas politik di Turki ? (Fath)
