Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Mass/Foto:Fath via Wikipedia.org
Jerman telah bereaksi terhadap langkah AS menangani krisis di Teluk dengan menolak untuk berpartisipasi dalam strategi “tekanan ekstrem” Washington terhadap Teheran. Negara itu menegaskan sikapnya tidak akan mengambil keputusan untuk bergabung dengan pasukan perlindungan Eropa di Selat Hormuz sebelum ada klarifikasi tentang misi itu, sebagamaimabna dikutip Aljazeera.net, 27/7/2019.
Kehati-hatian Jerman sejalan dengan peringatan Rusia megenai kemungkinan terjadinya bentrokan militer besar-besaran. Hal itu ditegaskan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa langkah-langkah anti-Iran dapat mendorong kemungkinan itu.
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan negaranya tidak akan berpartisipasi dalam strategi “tekanan ekstrem” AS terhadap Iran dan akan memutuskan untuk mengambil bagian dalam misi pelayaran (maritim ) yang dipimpin Eropa untuk mengamankan kapal (kargo-tanker) yang melintasi Selat Hormuz setelah diklarifikasi lebih lanjut tentang misi semacam itu.
Mengacu pada rencana Inggris untuk mendirikan misi perlindungan terhadap pelayaran(kargo-tanker), Menteri Mas mengatakan dalam sebuah wawancara dengan salah satu surat kabar Jerman yang diterbitkan Jumat (26/7/2019) bahwa “setiap tindakan yang terkait dengan Selat Hormuz harus memiliki karakter Eropa.”
Dalam konteks tersebut, Gedung Putih mengumumkan Jumát (26/7/19) bahwa Presiden Donald Trump ingin membantu Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson, untuk menyelesaikan kasus kapal tanker minyak yang ditahan oleh Iran.
Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden Trump berkomitmen untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap ancaman Iran di Selat Hormuz.
Di sisi lain, pihak berwenang India mengkonfirmasi pembebasan sembilan warga India dari awak kapal “Riah”, yang disita Iran pertengahan bulan ini dengan tuduhan penyelundupan bahan bakar Iran.
Sumber : Aljazeera.net