Setelah 40 Tahun Memberontak, Kelompok Militan (PKK) Turki Bubarkan Diri

Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK) memutuskan pada hari Senin (12/05/2025) untuk membubarkan diri dan mengakhiri konflik bersenjatanya, sebagai tanggapan atas seruan yang dibuat oleh pemimpinnya, Abdullah Ocalan, pada akhir Februari lalu, setelah perang empat dekade dengan Ankara.
Bubarnya Partai Pekerja Kurdistan pimpinan Abdullah Ocalan yang berdiri sejak tahun 1978 di Turki Tenggara itu akan berdampak terhadap konstalasi politik di Kawasan Timur Tengah mulai dari Iran, Irak dan Suriah.
Kelompok PKK dikenal sebagai kelompok Kurdi yagng ingin membentuk negara sendiri berbasis kesukuan-kurdi- dengan kesamaan etnisitas dan budaya yang membentang di sepanjang utara Iran, Irak, Suriah hingga Turki. Kelompok ini memiliki sejarah konflik yang cukup panjang dengan pemerintah Turki.
Mereka melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah Ankara pada tahun 1984 dengan tujuan awal untuk menciptakan negara Kurdi yang merdeka. Dari beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok separatis ini terdapat lebih dari 40 ribu orang tewas dalam konflik.
Pada awalnya, konflik ini hanya berfokus di wilayah Turki Tenggara, namun dalam perjalanan waktu kelompok tersebut membuat basis baru di wilayah Irak Utara. Menghadapi hal itu, Turki memiliki puluhan pos terdepan di wilayah Irak dan telah melancarkan operasi melawan militan di sana. PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Ankara, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Keputusan PKK tersebut akan berdampak luas secara politik dan keamanan bagi wilayah tersebut, termasuk di negara tetangga Irak dan juga di Suriah, tempat pasukan Kurdi bersekutu dengan pasukan AS. (NBC News,15/05/2025).
Pengumuman bersejarah oleh Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK) untuk membubarkan diri dan menghentikan aktivitas bersenjatanya, yang secara efektif mengakhiri perang empat dekade dengan Ankara, telah bergema kuat di Kurdistan Irak, yang dikenal sebagai “Kurdistan Selatan” bagi orang Kurdi, yang terbagi antara empat negara (Turki, Irak, Iran, dan Suriah).
Dilansir media terkemuka berbahasa Arab Assharq Awsat (aawsat.com, 12/05/2025) dampak positif ini akan terdengar di seluruh Irak, karena sebagian besar perang empat dekade antara tentara Turki dan elemen PKK telah terjadi di perbatasan utara Irak, yang mengakibatkan kerugian material dan manusia serta pelanggaran kedaulatan nasional.
Menurut media tersebut selama beberapa dekade, pemerintah Irak berturut-turut telah membuat perjanjian keamanan dengan Turki, yang sebagian mengizinkan pasukan Turki untuk menembus wilayahnya untuk mengejar elemen PKK yang menggunakan wilayah terjal di Wilayah Kurdistan sebagai landasan peluncuran operasi militer mereka melawan tentara Turki. (HR)