Dalam pagelaran kompetisi Sepak Bola Piala Eropa (Euro 2024) yang berlangsung di Jerman, tim De Oranje, sebutan timnas Belanda berhasil menembus babak semi final, walaupun pada akhirnya mengalami kekalahan setelah ditekuk timnas Inggris dengan skor 1-2. Sebagian pecinta sepak bola Indonesia ikut senang saat asuhan Ronald Koeman meraih kemenangan dan bersedih saat mengalami kakalahan. Bahkan, mereka mendukung De Oranje dengan sebutan ‘’timnas pusat’’.
Melalui sepak bola, ikatan emosional nitizen Indonesia dengan Belanda sepertinya sudah tidak lagi rigid dan kaku. Penggemar sepak bola, khususnya kalangan milenial dan generasi Z tidak lagi memberi label Belanda sebagai ‘’penjajah’’ sebagaimana generasi boomer, sehingga emosi ‘’permusuhan dan kebencian’’ terhadap ingatan kolonialisme beralih menjadi romantisme.
Perubahan sikap dan emosional ini menjadi perhatian menarik sekaligus pertanyaan untuk dikaji. Mengapa nitizen Indonesia begitu mudah melupakan sisi gelap ‘’kolonialisme’’? Bagaimana Belanda bisa mengubah opini publik Indonesia tentang masa lalu ‘’kolonialisme’’ menjadi ‘’romantisme’’?
Nasionalisme vs Kolonialisme
Nuansa dukungan nitizen Indonesia terhadap timnas Belanda pada kompetisi Euro 2024 berbeda dengan 30 tahun silam saat timnas Belanda melawan timnas Arab Saudi pada ajang Piala Dunia Sepak Bola (World Cup1994), yang berlangsung di Amerika Serikat. Saat itu, banyak publik Indonesia mendukung timnas Arab Saudi.
Debut pertama timnas Arab Saudi dalam piala dunia 1994 yang dilatih Gorge Solari seolah mendapat tempat istimewa di hati penggemar sepakbola Indonesia, sementara timnas Belanda tidak seistimewa itu. Alasannya sedikit sarkastik, tetapi rasional karena Belanda adalah bekas kolonialis alias ’’penjajah’’ yang telah bercokol ratusan tahun di bumi Nusantara, memanfaatkan kekayaan hasil bumi dan menindas rakyat pribumi.
Sudah maklum, perusahaan dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang telah bercokol di dalam perdagangan Asia sejak awal 1600-an ini semakin kuat mencengkram Nusantara secara ekonomi dan politik, khususnya di pulau Jawa pada abad ke-18 dalam bentuk kolonialisme dengan segala bentuk penindasan dan kekejamannya. Residu kolonialisme itulah tampak membekas dalam ingatan publik- masyarakat Indonesia, sehingga dukungan terhadap timnas Arab Saudi lebih besar daripada timnas Belanda saat itu. Dibalik alasan tersebut tentu ada faktor nasionalisme.
Lloyd Cox dalam ‘’The Emotional Power of Nationalism’’ (2020) menggambarkan bahwa kekuatan emosi nasionalisme dapat memotivasi tindakan, pengorbanan, cinta dan kebencian seseorang. Nah, cara untuk meningkatkan kegigihanya adalah melalui penguatan emosi kolektif dan hubungannya dengan landasan sosial politik yang lebih instrumental.
Sinyal Romantisme
Zaman berubah dan Belanda telah berhasil mengubah emosi nasionalisme sebagian generasi Indonesia. Stigmatisasi ‘’kolonialis-penjajah’’ yang kerap disematkan kepada negeri kincir angin itu juga bisa berubah dengan hadirnya ‘’timnas pusat’’ sebagai bentuk akomodasi kolonialisme.
Laporan kekerasan ekstrem dan pelanggarah HAM berat yang dilakukan penjajah (tentara Belanda) selama perang kemerdekaan 1945-1949 sebagaimana digambarkan dalam penelitian (Beyond The pale : 2022), seolah terlupakan dalam bacaan generasi milenial dan generazi Z.
Pengorbanan dan perjuangan rakyat melawan kolonialisme Belanda sebagaimana digambarkan dalam film-film perjuangan misalnya : Serangan Fajar (Arifin.C.Noer : 1982), Tjoet Nja’ Dhien (Eros Djarot : 1988), Soekarno, (Hanung Bramantyo : 2013), Battle of Surabaya (Aryanto Yuniawan (2015), seperti ‘’terhapus’’ oleh diplomasi ‘’naturalisasi’’ Sepak Bola.
Hubungan Belanda-Indonesia memiliki akar sejarah panjang dalam kolonianalisme dan mengalami pasang surut hingga tahun 1980-an. Sungguhpun demikian, Belanda berhasil mengelola hubungan diplomatiknya dengan Indonesia hingga pada level kemitraan strategis komprehensif sejak tahun 2013. Berbagai pendekatan dilakukan dalam rangka menyambung kembali hubungan sejarah kedua negara, salah satunya melalui pendekatan diplomasi.
Beberapa tahun terakhir, diskusi dan perdebatan tentang implikasi pemerintahan Belanda (masa penjajahan) di Indonesia terus meningkat setelah adanya laporan penelitian Gert Oostindie, Thijs Brocades Zaalberg, Eveline Buchheim,dkk. berjudul ‘’Beyond The Pale : Dutch Extreme Violence in the Indonesian War of Independence, 1945-1949’’.
Pemerintah Belanda terus berupaya mengurangi ingatan kolektif negara bekas jajahannya atas citra kolonialisme masa lalu melalui berbagai pendekatan yang berkelanjutan. Melalui pengakuan resmi, permintaan maaf, kompensasi, kerjasama pendidikan, budaya, restitusi benda budaya, diplomasi publik, dan kerjasama ekonomi, Belanda mencoba membangun hubungan yang lebih baik atas dasar saling percaya dengan negara bekas jajahannya.
Kini, Belanda melalui timnas sepak bolanya semakin mendapat tempat istimewa di hati sebagian penggemar sepak bola tanah air, utamanya kalangan milenial dan generasi Z. Dosa-dosa kolonialisme sepertinya sirna terhapus oleh diplomasi sepak bola. Kehadiran pemain sepak bola berdarah Belanda-Indonesia sebut misalnya Nathan Tjoe A-On, Ivar Jenner, Justin Huber,Jay Idzer, Ragnar Oratmangun, Thom Haye, dst. dalam skuad timnas Indonesia, bukan hanya sekadar naturalisasi, tetapi di dalamnya terdapat upaya negosiasi dan diplomasi dengan negeri bekas jajahannya dan sebagai sinyal romantisme baru dalam hubungan kedua bangsa.
Bukan tidak mungkin bagi Belanda untuk mengkapitalisasi narasi ‘’timnas pusat’’ dan menempatkannya dalam kamus soft diplomacy-nya memanfaatkan emosi kolektif-romantisme nitizen Indonesia dengan timnas sepak bola Belanda.
Kompetisi Euro 2024 sudah berakhir, tetapi diskusi tantang ‘’timnas pusat’’ dalam lini masa masih berlanjut, karena di dalamnya ada nuansa ‘’nasionalisme vs kolonialisme’’. Bagi pecinta sepak bola generasi Z, sebutan ‘’timnas pusat’’ sepertinya tanpa beban sejarah kolonialisme masa lalu. Tetapi bagi para pejuang kemerdekaan dan pecinta Tanah Air, kolonialisme adalah sejarah masa silam yang tidak mudah untuk dilupakan dalam episode hubungan Indonesia-Belanda.(fath)
sumber : Kumparan.com/https://kumparan.com/editor/diplomasi-bola-timnas-pusat-sinyal-romantisme-hubungan-indonesia-belanda-23A0dOYvPSM
Your blog is a breath of fresh air in the often stagnant world of online content. Your thoughtful analysis and insightful commentary never fail to leave a lasting impression. Thank you for sharing your wisdom with us.
Bu soba, içindeki yakıtın yanmasıyla oluşan ısıyı doğrudan çevresine yayar ve aynı zamanda suyun ısınmasını sağlar.
Outstanding post, I conceive website owners should learn a lot from this web blog its very user friendly.
Thanx for the effort, keep up the good work Great work, I am going to start a small Blog Engine course work using your site I hope you enjoy blogging with the popular BlogEngine.net.Thethoughts you express are really awesome. Hope you will right some more posts.
I’m extremely inspired together with your writing abilities and also with the format on your blog. Is that this a paid theme or did you modify it your self? Either way keep up the nice high quality writing, it’s rare to peer a great blog like this one these days..
You have mentioned very interesting points! ps nice website.
I just could not go away your website before suggesting that I really enjoyed the standard information a person provide in your guests? Is going to be again frequently in order to inspect new posts
Nice read, I just passed this onto a colleague who was doing a little research on that. And he just bought me lunch as I found it for him smile So let me rephrase that: Thanks for lunch!
Great amazing things here. I?¦m very satisfied to peer your post. Thank you a lot and i’m taking a look ahead to touch you. Will you please drop me a e-mail?
You completed various good points there. I did a search on the subject and found most folks will have the same opinion with your blog.
) Jeg vil besøge igen, da jeg har bogmærket det. Penge og frihed er den bedste måde at ændre sig på, må du være rig og
|Tato stránka má rozhodně všechny informace, které jsem o tomto tématu chtěl a nevěděl jsem, koho se zeptat.|Dobrý den! Tohle je můj 1. komentář tady, takže jsem chtěl jen dát rychlý
devido a esta maravilhosa leitura!!! O que é que eu acho?
I like what you guys are up also. Such intelligent work and reporting! Carry on the superb works guys I’ve incorporated you guys to my blogroll. I think it’ll improve the value of my site :).
Really nice style and excellent subject matter, practically nothing else we want : D.
r5udaj
také jsem si vás poznamenal, abych se podíval na nové věci na vašem blogu.|Hej! Vadilo by vám, kdybych sdílel váš blog s mým facebookem.
e dizer que gosto muito de ler os vossos blogues.
I dugg some of you post as I thought they were invaluable invaluable
Magnificent items from you, man. I have understand your stuff previous to and you’re just extremely fantastic. I really like what you have got right here, certainly like what you’re stating and the best way in which you are saying it. You’re making it entertaining and you still take care of to keep it smart. I cant wait to read much more from you. This is really a wonderful web site.
apreciariam o seu conteúdo. Por favor, me avise.
I would like to thnkx for the efforts you have put in writing this blog. I am hoping the same high-grade blog post from you in the upcoming as well. In fact your creative writing abilities has inspired me to get my own blog now. Really the blogging is spreading its wings quickly. Your write up is a good example of it.
reading this weblog’s post to be updated daily.
devido a esta maravilhosa leitura!!! O que é que eu acho?
Great ?V I should certainly pronounce, impressed with your web site. I had no trouble navigating through all the tabs as well as related information ended up being truly simple to do to access. I recently found what I hoped for before you know it in the least. Reasonably unusual. Is likely to appreciate it for those who add forums or anything, website theme . a tones way for your client to communicate. Nice task..