Menlu Iran, Abbas Araqchi Tegaskan Tidak Akan Cabut Hak Nuklirnya

Menlu Iran, Abbas Araqchi

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan, “Jika tujuan Amerika Serikat dalam perundingan dengan Iran adalah untuk mencabut hak nuklirnya, Teheran tidak akan pernah menyerahkannya.”

Hal itu disampaikan dalam pidatonya pada pembukaan Konferensi Dialog Arab-Iran di ibu kota Qatar, Doha, seperti dilansir Aljazeera.net (11/5/2025).  Araqchi menambahkan bahwa Iran telah berulang kali menekankan bahwa haknya untuk memperkaya uranium tidak dapat dinegosiasikan, dan telah mengesampingkan tuntutan untuk “pengayaan nol,” seperti yang dituntut oleh beberapa pejabat AS.

 Araqchi menambahkan, “Dalam pembicaraan tidak langsungnya dengan Amerika Serikat, Iran menekankan haknya untuk menggunakan energi nuklir secara damai dan dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak berusaha memiliki senjata nuklir.”

Araghchi juga menekankan bahwa negaranya terus melanjutkan perundingan dengan Amerika Serikat, Eropa, Rusia, dan China beritikad baik, dengan tujuan mencapai kesepakatan, tetapi tidak akan menerima tuntutan tidak realistis atau tidak logis apa pun yang dibebankan kepadanya dalam keadaan apa pun.

“Fasilitas pengayaan Iran harus dibongkar berdasarkan perjanjian apa pun dengan Amerika Serikat,” kata Stephen Witkoff, utusan khusus Presiden AS Donald Trump, dalam sebuah wawancara pada hari Jumat.

Trump mengancam akan mengebom Iran jika kesepakatan baru tidak dicapai untuk menyelesaikan perselisihan jangka panjang mengenai program nuklirnya.

Jamak diketahui, Selama masa jabatan pertamanya, Trump mengumumkan penarikan Washington dari perjanjian nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia yang bertujuan untuk membatasi aktivitas nuklir Iran.

Iran menuntut agar sanksi dicabut sebagai respons atas komitmennya terhadap pembatasan yang akan mencegahnya memproduksi bom nuklir. Sementara pejabat AS sebelumnya mengumumkan penerimaan mereka terhadap pengayaan uranium tingkat rendah Iran, mereka kemudian menuntut penghentian semua aktivitas pengayaan di Iran.

 Sumber: Al Jazeera + kantor berita