WAWANCARA
Dalam suatu kesempatan acara disukusi tentang Al-qur’an dan nilai-nilainya di Masjid Liga Islam Norwegia (Det Islamske Forbundet I Norge) 2012 lalu, seorang Sheikh penghafal Al-qur’an dan aktivis kemanusiaan asal Palestina yang tinggal di kota Milan, Italia berujar “saya senang bertemu dengan seorang jurnalis Indonesia untuk menyampaikan terimakasih kami kepada rakyat Indonesia yang dari masa ke masa selalu bersama bangsa Palestina dalam penderitaan menentang pendudukan Israel di bumi Palestina”.
Dengan keterbatasan waktunya, Sheikh Riadh Albastanji, aktivis yang selamat dari sergapan tentara Israel dalam kapal pembawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza “Mavi Marmara” Juni 2010 lalu, bersedia diwawancara Fathurrahman Yahya dari Pelitaonline di Oslo terkait situasi di Palestina. Berikut petikannya.
POL–Sheikh, Anda sebagai seorang Palestina dan aktivis, bisa Anda ceritakan kondisi rakyat Palestina saat ini dibawah blokade dan pendudukan Israel?
Sheikh–Shalawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Pertama saya menyampaikan terimakasih kepada saudara-saudara saya di Indonesia. Melalu media ini saya igin menyampaikan salam dari sauadara-saudara dan keluarga di Palestina untuk saudara-saudara di Indonesia yang senantiasa aktif dan responsif dalam menangani persoalan kami secara adil dan persoalan Masjidl Aqsha yang menjadi tempat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Seperti Anda ketahui, persoalan Palestina (Masjidil Aqsa) adalah juga berkaitan dengan Aqidah dan agama yang tidak hanya tersurat dalam satu Surah atau ayat Alqur’an, tetapi berkali-kali. Maka, bagi setiap muslum baik itu di Indonesia atau di negara lainnya hendaknya dapat aktif terhadap persoalan Palestina dengan segala dukungan baik itu materi maupun non materi sehingga dengan izin dan berkat pertolongan Allah Masjidil Aqsa dapat dibebaskan dari genganggam Zionis Israel seperti yang dianjurkan Allah SWT.
POL–Terkait tawanan Palestina di penjara Israel, akhir-akhir ini gencar menjadi pemberitaan media, dan pihak organisasi internasional kerap tidak peduli dengan nasib mereka. Tanggapan Anda?
Sheikh–Situasi di Palestina yang sangat krusial saat ini adalah masalah tawanan Palestina di penjara Israel. Penderitaan yang dialami para tawanan Palestina di penjarah-penjara Israel hampir tidak bisa diterima akal manusia. Mereka dihina dan disiksa dalam segala bentuk penyiksaan yang menyedihkan. Mereka tidak dibolehkan bertemu keluarganya, ada yang sudah 10 tahun, 15 hingga 20 tahun di penjara-penjara Zionis Israel.
Dalam enam tahun terakhir ini keluarga tawanan yang tinggal di Gaza tidak dapat mengunjungi mereka. Bayangkan, jika kamu jauh dari keluarga, ayah, ibu atau saudaramu atau dari orang-orang dekat yang kamu cintai selama 10 tahun yang terasing tinggal di dalam jeruji besi sendirian, belum lagi dihina dan disiksa.
Masalah tawanan tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan erat dengan ayah, ibu, saudara, keluarga bahkan kadang dengan suku secara keseluruhan. Maka, melalui media ini saya mengajak saudara-saudara saya di Indonesia untuk bersikap bersama dengan saudara-saudara di Palestina guna menghentikan pendudukan dan segala bentuk penyiksaan Zinonis Israel yang sangat kejam.
Jika kamu berkunjung ke Gaza, akan menemukan bahwa dalam setiap keluarga pasti ada yang meninggal menjadi korban baik itu, 1,2,3, 4 bahkan 5 orang. Saya mengunjungi seorang kakek berusia lebih dari 70 tahun di Gaza tinggal sebatang kara karena 5 orang anak dan seluruh sanak familinya yang tak berdosa meninggal akibat kekejaman Israel, hanya karena mereka tinggal di bumi Palestina. Jadi, di Palestina pasti ada yang cacat karena luka-luka dan itu jumlahnya puluhan ribu. Ribuan muda-mudi tidak dapat menikah karena kemiskinan dan tidak ada lapangan pekerjaan.
Maka dari itu, saya mengajak saudara-sudara muslim di Indonesia, khsusunya dan saudara-saudara non musllim sekalipun untuk membantu Palestina karena kamanusiaannya. Tanpa melihat agamanya, manusia secara alamiah adalah sedih dan sakit ketika menyaksikan saudaranya sesama manusia sedih dan sakit. Apalagi, seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain bagaikan satu tubuh, jika yang satu sakit, maka anggota yang lain ikut sakit.
Sekali lagi saya mengajak saudara-saudara di Indonesia untuk ikut bersikap terhadap penderitaan saudara-saudaranya di Palestina, terutama terkait dengan para tawanan agar mereka dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
POL–Tampaknya, mogok makan di penjara menjadi fenomena dalam upaya pembebasan para tawanan Palestina, apakah itu cara paling efektif?
Sheikh–Kami sudah biasa dengan cara seperti ini, karena Israel selalu menipu dan tidak menepati janji atau kesepakatan. Israel selalu ingin menipu masyarakat internasional dan opini publik. Selanjutnya, melalui mimbar media ini (Pelitaonline.com) kami mendorong untuk menjelaskan tindakan kriminal Zionis yang sebenarnya.
Israel memperlihatkan diri kepada dunia bahwa mereka melepaskan tawanan Palestina, tetapi dalam beberapa hari kemudian menangkap kembali dan memperlakukannya lebih buruk dari semula, bahkan menyiksanya lebih kejam lagi. Ribuan wanita amenjadi janda akibat kekejaman Zionis Israel, hanya karena mereka hidup di Palestina.
Terjadi berulangkali, Israel melepaskan beberapa tawanan Palestina, tetapi seringkali menyiksanya, termasuk menahan para politisi-wakil rakyat dan diplomat. Israel melanggar hukum dan perjanjian internasional. Israel selalu melakukan ini tanpa peduli terhadap rasa kemanusiaan manusia.
Mogok makan merupakan cara efektif, tetapi cara yang lebih efektif lagi agar Israel berfikir ulang dengan (sikapnya) adalah ketika dunia bersikap bersama dengan rakyat Palestina dan memprotes melalui media untuk mengungkap kekejaman yang mereka lakukan yang hampir tidak dapat diterima akal manusia.
POL–Anda katakan, Palestina tidak hanya menjadi persoalan rakyat Palestina atau umat Islam, tetapi menjadi persoalan ummat dan bangsa-bangsa di dunia, bisa Anda jelaskan?
Sheikh–Ya-, Palestina menjadi persoalan bangsa-bangsa di dunia. Saya berada di dalam ”kapal kebebasan” Mavi Marmara bersama dengan para aktivis kemanusiaan dari berbagai dunia. Perlu Anda tahu, hanya 23 orang dari orang Arab yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Ini bukti bahwa bukan hanya orang Arab yang peduli dengan Palestina, tetapi juga masyarakat internasional. Masyarakat yang merdeka di dunia bersimpati dengan persoalan Palestina, bukan hanya umat muslim Indonesia, Malaysia, Pakistan atau Afganistan. Palestina menjadi persoalan manusia yang merdeka di dunia.
Kami tidak dapat memberikan bantuan kemanusiaan kepada saudara-saudara kami di Palestina, termasuk juga masyarakat internasional. Penderitaan rakyat Palestina juga belum sampai kepada masyarakat internasional. Adalah mustahil bagi manusia yang merdeka di dunia tidak merasakan sakit seperti yang dirasakan saudara-saudara di Palestina. Pelestina adalah masalah manusia merdeka di dunia.
POL–Apakah Anda masih percaya kepada lembaga atau Organisasi Internasional dalam penyelesaian masalah Palestina?
Sheikh–Kami kadang merasa putus asa dengan beberapa organisasi internasional, karena sikap mereka yang tidak berbuat banyak bagi bangsa Palestina. Mereka tidak berbuat banyak, bahkan kadangkala bersikap dengan standar ganda.Kadangkala mereka menganggap korban sebagai pelaku kriminal, dan sebaliknya menganggap pelaku kriminal sebagai korban.
Berkali-kali bersikap dengan standar ganda. Dengan sikap seperti itu,kami sebenarnya kecewa. Maka dari itu, atas nama rakyat Palestina kami mengharap agar organisasi internasional, termasuk PBB untuk bersikap jujur, adil dan berimbang terhadap persoalan Palestina. Kami kecewa karena berulangkali tidak melakukan pembelaan terhadap rakyat Palestina hanya demi kepentingan Zionis-Israel.
POL–Palestina menjadi perhatian ummat dan masyarakat internasional, sehingga mereka juga merasakan penderitaan rakyat Palestina. Tetapi, mereka kerap menyayangkan bahwa di internal rakyat Palestina sendiri justru terjadi perselisihan, bisa Anda jelaskan terkait perbedaan antar faksi di internal Palestina?
Sheikh–Apa yang terjadi di dalam internal rakyat Palestina misalnya perselisihan antar pergerakan, faksi atau organisasi saya pikir adalah hal biasa dan itu bisa terjadi di dalam masyarakat di mana saja. Bahkan, di kalangan para sahabat yang mulia juga terjadi perbedaan visi dan orientasi politik.
Di dalam masyarakat Palestina memang terjadi perbedaaan orientasi politik, tetapi sebagai rakyat Palestina, sebagai umat Islam dan bangsa-bangsa yang merdeka di dunia tentu sepakat dengan lembaga atau organisasi (tanpa menyebut suatu organisasi dan pergerakan tertentu) untuk mempertahankan prinsip-prinsip Palestina dalam 4 hal.
Pertama, mempertahankan tanah air Palestina tanpa mundur sejengkalpun, Kedua, tidak mengakui Israel. Sekitar 74 persen rakyat Palestina menyatakan tidak mengakui Israel, bahkan kalau diadakan pemungutan suara secara jujur dan bersih terhadap masyarakat Palestina, akan mencapai 90 persen. Ketiga, kami tidak akan mundur untuk mempertahankan Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) dan hak berjuang untuk melakukan perlawanan, dan itu baik dalam kitab-kitab samawi maupun dalam undang-undang internasional (hukum postif) kami punya hak untuk melakukan perlawanan dalam rangka mengembalikan tanah-tanah kami yang diduduki Israel. Keempat, adalah hak untuk kembali ke Palestina, dan ini adalah hal yang sakral.
Jika dilakukan pemungutan suara terhadap rakyat Palestina, baik di dalam maupun yang di perantauan, secara mayoritas dan sekitar 74 persen mereka akan menyatakan setuju dengan prinsip ini.
Dalam hal perselisihan, mereka (faksi: Gerakan Fatah) mengakui Israel, tetapi kami dalam hal ini memang menolak untuk mengakui Israel. Ssaya tegaskan bahwa perselisihan dan perbedaan visi dan orientasi politik di intenal Palestina adalah biasa. Itulah perbedaan (Hamas) dengan gerakan Fatah. Tetapi, jika perbedaan pemikiran, visi dan orientasi politik itu dijadikan alasan untuk menghina atau merendahkan bangsa Palestina, dan memblokade rakyat Gaza, itu adalah suatu kedzaliman dan sama sekali tidak manusiawi.
Sebagai orang Palestina dan bersimpati kepada pergerakan tertentu (Hamas :red) yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip rakyat Palestina, hanya Tuhan yang melindungi saya untuk mengungkapkan kebebasan berbicara. Pihak lain (pengikut gerakan Fatah) sebagai rakyat Palestina secara keseluruhan bersama kami, tetapi disayangkan para pemimpin mereka (Fatah) seringkali menipu rakyat Palestina, kadang melakukan perundingan dengan Zionis Israel dalam wajah tertentu, dan menerima musuh dengan wajah yang lain.
POL–Terkait upaya pembebasan Masjidil Aqhsa, Apa yang bisa Anda katakan kepada masyarakat Muslim?
Sheikh–Terkait dengan Masjidil Aqhsa, saya mengajak ummat Islam yang jumlahnya miliaran di seluruh dunia untuk mendengarkan Masjidil Aqsha. Wahai umat Islam yang jumlahnya satu miliar atau setengah miliar, Masjidil Aqsha berteriak kepada kalian, meminta bantuan dan uluran tangan kalian..Masjidil Aqsha berkata kepada kalian, Saya adalah cahaya di keningmu, saya adalah mahkota di kepalamu, maka jangan nistakan saya. Wahai satu miliar dan setengah miliar umat Islam, saya adalah penyebab kemuliannmu dan kejayaanmu, maka jangan jadikan saya sebagai sebab kenistaanmu.
Wahai Umat Islam, tawanan Palestina di penjara-penjara Israel disiksa dengan siksaan yang amat kejam. Apa yang bisa kalian lakukan untuk para tawanan, para yatim piatu dan orang-orang yang telah menyumbangkan nyawa mereka. Apa yang bisa Anda lakukan untuk orang-orang Palestina yang tanah-tanahnya dirampas dan rumah-rumah mereka dibakar..Saya mengajak umat Islam, khususnya umat Islam Indonesia yang selalu melakukan demonstrasi dengan jumlah ratusan ribu bersama dengan rakyat Palestina menentang kekejaman Zionis Israel dan menyelematkan Masjidil Aqsha.
POL–Sebagai seorang Palestina, bantuan apa yang Anda harapkan saat ini dari masyarakat internasional untuk rakyat Palestina, selain bantuan materi?
Sheikh–Kami minta dukungan politik dan media. Pertama, adalah dukungan politik, sementara itu dukungan materi adalah hal penting dan urusan kedua, tetapi dukungan politik sangat penting.
Kami meminta kepada saudara-saudara muslim Indonesia dan pemerintah dukungan politik untuk rakyat Palestina, baik dalam konferensi Organisasi Kerjasama Islam maupun dalam pertemuan internasional di PBB dan lain-lainnya. Kedua, adalah dukungan media untuk bersikap bersama-sama dengan rakyat Palestina melalui media internet atau lembaran-lembaran surat kabar dan melalui pendidikan publik di sekolah-sekolah bahwa ada persoalan umat Islam, Masjidil Aqsha dan Palestina. Media akan berperan memberikan dukungan kepada kami- rakyat Palestina, selain bantuan materi dan ekonomi.
Terimakasih saya sampaikan kepada rakyat Indonesia yang melalui media saya menyaksikan dukungan mereka kepada rakyat Palestina. Terimakasih kepada media ini (Pelitaonline.com) yang telah memanfaatkan kesempatan singkat ini untuk kepentingan rakyat Palestina, semoga Tuhan. senantiasa memberkatimu.(fath)
Sumber : Pelitaonline.com/2012/Fath