Pasca Revolusi ”Arab Spring” Kemana Konflik akan Bergeser?

foto/endtimeheadlines.org
Berakhirnya revolusi ”Arab Srping” yang jatuhnya rezim-pemerintahan Bassar Al-Asad di Suriah, menunjukkan suksesnya visi ” The New Middel East” yang didesain Amerika Serikat pasca runtuhnya rezim Saddam Husein di Iraq yang kemudian didukung sekutunya, Israel.

Revolusi ”Arab Spring” yang dirancang secara apik melalui jargon-jargon ”reformasi dan demokrasi” telah melahirkan konflik politik dan bahkan perang saudara. Kini, rezim-rezim yang dianggap diktator di kawasan Arab-Timur Tengah yang dinilai melawan kepentingan demokrasi Barat seperti : Rezim Saddam Husein di Irak, Kaddafi di Libya, Umar Bashir di Sudan, Ali Abdullah Saleh di Yaman, Ben Ali di Tunisia dan Husni Mubarak di Mesir sudah runtuh…Pertanyaanya.. kemana konflik agar bergeser atau akan digeser? Apakah Iran sebagai rezim kuat yang belum tumbang di kawasan Timur Tengah akan segera dihancurkan atau konflik akan digeser ke kawasan Asia? atau justru akan diciptakan konfrontasi baru dengan China sebagai kekuatan ekonomi dunia yang kerap dianggap ancaman kuning-the yellow threat?
Pertarungan pengaruh geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Asia semakin bergerak dinamis. Pecahnya perang terbuka antara Israel – Iran yang berlangsung sejak 3 Juni 2025 lalu akan memicu konflik sekaligus melahirkan blok-blok baru untuk melawan gegemoni Barat-AS dan sekutunya.
Pasca hengkangnya pasukan AS dari Afganistan, 21 Agustus 2021, penguatan blok Timur yang di pimpin China dan koalsinya seperti : China, Rusia, Iran, Pakistan dan Korea Utara mulai tampak untuk menentang rencana strategis AS untuk menciptakan Pakta Pertahanan Baru (QUAD) di kawasan Asia dan Indo Pasifik sepertihanya NATO.
Pakta yang diinisiasi Amerika Serikat sebagai forum kemitraan ekonomi, sesungguhnya bernuansa politis-strategis untuk menghadang pengaruh blok China, Rusia, Iran, Pakistan dan Korea Utara. Pemimpin Amerika Serikat, Jepang, Australia dan India, berkumpul di Tokyo, Jepang, pada Selasa (24/5/2022).
Secara teoritis ”Revolusi Arab Spring” yang telah menumbangkan rezim-rezim yang dianggap anti demokrasi-kepentingan Barat sudah berakhir. Tetapi, para petualang sedang mencari jalan untuk melanjutkan misinya menciptakan distabilitas.
Konflik dan perang akan dirancang untuk melemahkan negara-negara yang berpotensi melawan kekuatannya. Maka, waspadalah terhadap ancaman disintegrasi…Mari kita jaga persatuan dan kesatuan NKR..Kita rawat perbedaan dan keragaman sosial budaya, etnis, suku, agama dan bahasa kita dalam bingkai kemajemukan dan Binneka Tungga Ika.(Fath)