PM Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad/in.wikipedia.org
KUALA LUMPUR: Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengutuk “kesepakatan abad ini” yang digagas pemerintahan Donald Trump untuk perdamaian Palestina-Israel, karena dinilai mengabaikan hak-hak warga Palestina.
“Ini adalah perjanjian sepihak yang dibuat oleh AS dan Israel tanpa berkonsultasi dengan Palestina,” .
“Rencana perdamaian ini hanya mengakui penjajah yang kuat sementara itu, benar-benar mengabaikan hak-hak orang yang tertindas.” kata Perdana Menteri berusia 94 tahun itu pada konferensi ketiga Liga Parlemen untuk Al-Quds, yang dihadiri oleh sekitar 500 anggota parlemen dari seluruh dunia seperti dilansir arabnews.com.
Dia mengatakan rencana itu tidak akan menghasilkan negara Palestina yang berdampingan dan ” hanya akan melanjutkan dominasi pendudukan seperti apartheid di atas jutaan rakyat Palestina.”
Upaya perdamaian Palestina-Israel terus dilakukan, namun proposal “Kesepakatan Abadi” yang dirancang Gedung Putih dan Israel itu tidak melibatkan pihak Palestina. Palestina tetap kukuh dengan prinsip kemerdekaannya dan untuk memperoleh hak-haknya yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.
“Malaysia menganggap proposal itu sama sekali tidak dapat diterima dan sangat tidak adil. Sangat mengecewakan bahwa setelah lebih dari tujuh dekade, hanya satu sisi dari solusi dua negara telah terbentuk – yaitu Israel, “kata Mahathir, yang mendesak Presiden AS Donald Trump untuk mundur. Tulis arabnews.com
Konfrensi Ikatan Parlemen Dunia untuk Al-Quds itu berlangsung di Kuala Lumpur Malaysia, Sabtu (7/2/2020) dihadiri anggota Parlemen dari berbagai negara guna membahas persoalan Palestina dan upaya memperolah hak-hak kemerdekannya. (Fath)