Ilustrasi: Pasukan AS di Ramadi, Irak / Foto : commons.wikimedia.org
WASHINGTON – Tampaknya, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran terus meningkat, ketika Teheran mengatakan akan segera melanggar elemen kunci pakta internasional 2015 yang membatasi program nuklirnya. Sementara itu, Presiden Donald Trump memerintahkan mengirim 1.000 tentara lagi ke Timur Tengah dan bersumpah bahwa Iran tidak akan diizinkan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pengumuman Pentagon tentang penempatan pasukannya terjadi tiga hari setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman yang oleh pemerintahan Trump sebagai kesalahan Iran. Dan itu terjadi setelah Iran mengatakan dalam beberapa hari sebelumnya bahwa Iran melanggar unsur utama dari perjanjian penting 2015 – dimaksudkan untuk mengekang kemampuannya mengembangkan senjata nuklir – kecuali negara-negara Eropa setuju untuk membantu negara itu menumpulkan sanksi ekonomi Amerika yang melumpuhkan.
Preisden Trump menarik diri dari pakta 2015 tahun lalu. Dengan melakukan itu, ia memberi tekanan kuat pada koalisi internasional yang telah mendukung perjanjian itu dan ingin tetap hidup. Dan dia meninggalkan Iran terjebak di antara terus mematuhi ketentuan-ketentuan perjanjian tanpa mendapatkan manfaatnya atau meninggalkannya dan memicu konflik yang lebih intens dengan Amerika Serikat, demikian The New York Times melaporkan, Senin (17/6/2019).
Pasukan yang disinyalir berjumlah 1.000 pasukan yang dikirim ke wilayah tersebut merupakan tambahan atas 1.500 pasukan yang telah dikirim pada bulan Mei lalu. Mereka akan digunakan terutama untuk mengawasi kegiatan Iran dan melindungi pasukan Amerika serikat yang sudah ada di Timur Tengah. Pentagon telah mempertimbangkan rencana penempatan hingga 6.000 pasukan. (Fath)
Sumber : The New York Times/www.nytimes.com